TEHERAN – Iran saat ini sedang mempertimbangkan untuk mengubah doktrin nuklirnya, yang dapat membuka kemungkinan bagi pembuatan bom atom dan perluasan jangkauan rudalnya. Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Dewan Strategis Iran untuk Hubungan Luar Negeri, Kamal Kharrazi, dalam wawancaranya dengan Al Mayadeen. Kharrazi menegaskan bahwa Iran telah sepenuhnya mampu membangun senjata nuklir, dengan satu-satunya penghalang adalah fatwa haram yang dikeluarkan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Kharrazi mengungkapkan bahwa perubahan doktrin ini merupakan respons terhadap ancaman eksistensial yang dirasakan oleh Iran, terutama mengingat meningkatnya permusuhan dengan Israel. Ia menekankan kesiapan Iran untuk merespons setiap bentuk eskalasi, sambil tetap menginginkan untuk menghindari perang lebih lanjut.
Fatwa Khamenei dan Program Nuklir
Pada awal 2000-an, Khamenei mengeluarkan fatwa haram yang menegaskan bahwa Iran tidak akan mengembangkan bom nuklir, dengan tujuan program nuklirnya hanya untuk kepentingan damai. Namun, Kharrazi menyatakan bahwa Iran kemungkinan akan memperpanjang jangkauan rudal balistiknya melebihi batas 2.000 km (1.250 mil) yang telah ditetapkan. Menurutnya, jangkauan misil ini sudah cukup untuk menjangkau basis-basis militer AS yang berada di Timur Tengah.
Respons terhadap Israel
Kharrazi mengisyaratkan bahwa Iran akan merespons Israel pada waktu dan dengan cara yang dipilihnya sendiri. Ia juga memperingatkan bahwa jika negara-negara Barat tidak menghormati kekhawatiran Iran mengenai kedaulatan dan integritas teritorialnya, Iran akan mengabaikan kekhawatiran dari negara-negara Barat tersebut.
Mengenai situasi konflik di kawasan, Kharrazi menyebut perang yang sedang terjadi sebagai “tidak seimbang,” di mana Israel dituduh melakukan pembersihan etnis dan pemusnahan terhadap rakyat Palestina. Ia menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan dan memberikan tekanan kepada Israel.
Kharrazi menyoroti bahwa, sayangnya, dukungan dari negara-negara Barat, termasuk negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, terus mengalir kepada Israel, dengan pendanaan dan pengiriman senjata untuk mendukung tindakan yang dinilai brutal dan kriminal.
TAGS: