ALLGULFNEWS – Israel menggempur tenda-tenda pengungsi di zona aman yang ditetapkan di Rafah menggunakan pesawat tempur dan rudal, menewaskan sekitar 50 warga Palestina. Banyak anak-anak terbakar hidup-hidup setelah serangan keji Israel itu menyebabkan kebakaran hebat di tenda-tenda pengungsi di barat laut kota tersebut.
Setelah matahari terbit, orang-orang yang selamat dari pemboman Israel di kamp pengungsi Rafah kembali untuk melihat kerusakan yang terjadi. Anak-anak mengintip melalui jendela mobil yang berlubang, para pria mengais puing-puing yang terbakar, dan para jurnalis mengambil foto kaleng-kaleng makanan yang menghitam.
Sekitar 12 jam sebelumnya, keluarga-keluarga Palestina berada di dalam tenda-tenda tersebut. Banyak yang baru selesai salat Isya’, ada yang tertidur, dan ada pula yang sekadar berkumpul bersama keluarga.
“Kami sedang duduk dengan tenang ketika tiba-tiba mendengar ledakan,” ujar Layan al-Fayoum, salah satu korban selamat dari serangan tersebut. “Itu sangat mendadak. Bom-bom itu jatuh tanpa peringatan,”ujar dia. Remaja muda itu keluar dari tendanya untuk melihat apa yang terjadi dan dikejutkan oleh api besar yang melanda lokasi tersebut.
BACA JUGA : Viral Gereja di Meksiko Tawarkan Tanah di Surga Mulai Rp1,6 Juta per Meter Persegi
“Apinya sangat besar,” ungkap dia kepada Middle East Eye. “Kami melihat tenda-tenda terbakar dan kemudian kami harus mengumpulkan anggota tubuh yang terpotong-potong dan anak-anak yang mati,”tuturnya.
Butuh sekitar 11 truk pemadam kebakaran antara satu dan dua jam untuk akhirnya menghentikan api, menurut al-Fayoum. Remaja tersebut mengatakan keluarganya berencana pindah ke kamp lain pada Senin pagi karena serangan Israel di Rafah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Namun mereka kehilangan uang akibat kebakaran tersebut, yang berarti mereka tidak bisa pergi ke mana pun saat ini dan tidak memiliki tenda untuk berlindung. “Mereka bilang ini adalah zona aman,” tutur Abo Sebah kepada Middle East Eye. “Penjajahanini sangat tercela dan kriminal.”
Sementara itu, seperti biasa, militer Israel menyangkal semua kekejian yang terjadi. Militer Israel menyatakan mereka menggunakan amunisi tepat dalam serangan itu, yang diduga membunuh dua anggota sayap bersenjata Hamas. Rezim penjajah Israel menambahkan insiden tersebut “sedang ditinjau” dan mereka menyesalkan “segala kerugian yang menimpa non-kombatan selama perang”.
Penyangkalan tanpa rasa malu itu ditanggapi dingin oleh Abo Sebah, yang melarikan diri dari Gaza tengah ke Rafah pada bulan Januari lalu. Dia mengatakan dirinya tidak mempercayai sedikit pun klaim Israel. “Apa lagi yang Anda harapkan dari mereka?” ujarnya kepada Middle East Eye.
“Kami belum pernah melihat adanya pejuang perlawanan di sini. Para pejuang berada di zona tempur di Rafah timur,”ujarnya. “Israel hanya mengatakan hal ini untuk membenarkan tindakan mereka. Mereka ingin membunuh rakyat Palestina, mengusir mereka secara paksa, dan menghancurkan rumah mereka,”cetusnya.
BACA JUGA : Perang Rusia-Ukraina Hari ke-859: Drone Ukraina Tangkap Gambar Mayat Bergelimpangan di Torets
Pembantaian itu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memutuskan Israel harus menghentikan serangannya di Rafah dalam kasus yang sedang berlangsung yang menuduh Israel melakukan genosida dalam perangnya di Gaza.Rafah menampung sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina yang telah mengungsi dari daerah lain di wilayah tersebut hingga awal bulan ini.
Dunia Murka Atas Serangan Barbar Israel ke Kamp Pengungsi Rafah
Para pemimpin dunia menyatakan kemarahan mereka atas serangan barbar Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (26/5/2024). Jumlah korban tewas akibat serangan yang terjadi di lingkungan Tel al-Sultan di Rafah barat itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, meningkat menjadi 45 orang.
Serangan keji tak beralasan tersebut dilakukan militer zionis ke daerah yang telah ditetapkan oleh Israel sebagai “zona aman”. Sebagai “daerah aman” diketahui ribuan pengungsi Palestina telah mencari perlindungan di sana sejak Israel menginvasi Rafah dua pekan lalu.
Serangan brutal Israel itu terjadi hanya dua hari setelah pengadilan tinggi PBB, International Court of Justice (ICJ) memerintahkan penghentian segera tindakan militer Israel di Rafah, yang mungkin merupakan pelanggaran terhadap kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida.
“Marah dengan serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” tulis Presiden Prancis Emmanuel Macron di X. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” ujar dia lagi, seraya menyerukan “penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera”.
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengungkapkan kengeriannya atas berita serangan itu. “Saya mengutuk keras tindakan ini. Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” tegas dia. Borrell mendesak diakhirinya serangan Israel dan penghormatan terhadap hukum internasional dan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan serangan di Rafah.
Di Inggris, Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer, yang akan bersaing dalam pemilu tanggal 4 Juli, mengatakan dia akan mengupayakan gencatan senjata setelah terpilih sebagai perdana menteri.
BACA JUGA : Bikin Ukraina Ketar-ketir, Rusia Terima 40 Kapal Perang Tahun Ini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengutuk keras serangan udara brutal Israel terhadap Rafah, yang menewaskan puluhan warga sipil Palestina. Erdogan bahkan bersumpah bahwa Ankara akan melakukan segala daya untuk memastikan “orang barbar” yang melakukan serangan terhadap Rafah diadili. Dalam pidatonya, Erdogan menyamakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan diktator Nazi Adolf Hitler.
Kementerian Luar Negeri Mesir juga mengecam serangan itu sebagai tindakan yang “disengaja”. Dia menambahkan hal itu merupakan “pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa Keempat”. Dia menambahkan serangan itu dapat menghambat upaya apapun untuk menyetujui gencatan senjata.
Qatar juga mengutuk serangan itu dengan “sekeras-kerasnya”. Mereka menyerukan pihak berwenang Israel untuk mematuhi keputusan ICJ, dengan menyatakan komunitas internasional harus “mencegah pasukan pendudukan melaksanakan rencana mereka yang bertujuan memaksa warga sipil mengungsi dari kota yang telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi ratusan ribu pengungsi di Jalur Gaza.”
Kementerian luar negeri Uni Emirat Arab juga mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan tersebut, dan mengatakan serangan tersebut menewaskan warga sipil yang tidak bersalah. Kementerian UEA mengulangi seruannya untuk melakukan gencatan senjata dan menjunjung tinggi keputusan ICJ yang memerintahkan Israel mengakhiri dan mencegah pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Arab Saudi juga mengutuk serangan itu sebagai “pelanggaran terang-terangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap semua resolusi, hukum dan norma internasional dan kemanusiaan”. Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Saudi menyerukan, “Komunitas internasional untuk segera turun tangan untuk menghentikan pembantaian dan mencegah semakin parahnya bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Israel, menyangkal seperti biasa, mengklaim serangan udaranya terhadap Tel al-Sultan menargetkan kompleks Hamas dan berhasil menewaskan dua pemimpin senior kelompok tersebut.Namun, militer mengatakan pihaknya sedang meninjau insiden tersebut, menyusul adanya laporan kematian warga sipil dan kebakaran di kamp pengungsi tersebut.
Terlunta-lunta, 1 Juta Warga Palestina Tinggalkan Rafah
Setelah lelah mengungsi sejak dimulainya serangan darat tentara pendudukan Israel ke Gaza, kini sekitar 1 juta warga Palestina yang berlindung di Rafah terpaksa harus kembaliterlunta-lunta.Diungkapkan Badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), warga Palestina harus meninggalkan kota untuk menghindariserangan Israel di wilayah tersebut.
Sejak awal Mei, militer Israel telah melakukan serangan darat di Rafah dengan dalih memburu para pejuang Hamas dan membongkar infrastruktur yang digunakan oleh para pejuang tersebut. Tentara pendudukan Israel telah memerintahkan warga sipil untuk pergi ke “zona kemanusiaan yang diperluas” sekitar 20 km jauhnya.
Banyak warga Palestina mengeluh bahwa mereka rentan terhadap serangan Israel ke mana pun mereka pergi dan mereka telah berpindah-pindah di Jalur Gaza dalam beberapa bulan terakhir dan tetap tidak menemui keamanan. Kepada Reuters, UNRWA menyatakan bahwa Rafah telah menjadi tempat yang tidak aman untuk dituju, dan di tengah pemboman, kekurangan makanan dan air, tumpukan sampah dan kondisi kehidupan yang tidak sesuai, memberikan bantuan dan perlindungan menjadi hampir mustahil.
BACA JUGA : Fasilitas Air dan Sanitasi di Gaza Dihancurkan Israel, Warga Palestina Terpaksa Antre Beli Air Kotor
Sementara itu, BBC melaporkan, pascaserangan rudal ke kamp pengungsi lingkungan Tal al-Sultan minggu malam, saat matahari terbit, ribuan warga Palestina terlihat meninggalkan daerahtersebut menggunakan mobil, truk, dan gerobak yang ditarik keledai dan kuda, menuju ke utara. Khaled Mahmoud, warga Tal al-Sultan di Rafah barat, mengungkapkan kesedihannya. “Ledakan mengguncang tenda kami, anak-anak saya ketakutan, dan ayah saya yang sakit membuat kami tidak bisa melarikan diri dari kegelapan,” ujar Mahmoud.
“Kami seharusnya berada di zona aman sesuai standar tentara Israel, namun kami belum menerima perintah evakuasi seperti yang terjadi di wilayah timur, kami khawatir akan nyawa kami jika tidak ada yang turun tangan untuk melindungi kami,” kata Mahmoud. Sebuah video mengerikan yang dibagikan di media sosial memperlihatkan seorang wanita bergegas melewati jalan yang gelap, sambil menggendong anaknya erat-erat untuk menghindari serangan Israel yang sedang berlangsung.
Seorang jurnalis lokal di Rumah Sakit Kuwait di Tal Al-Sultan, di tengah pemboman yang tiada henti, melaporkan bahwa banyak keluarga mencari perlindungan di halaman pusat medis, sementara ambulans kesulitan mencapai daerah yang terkena dampak karena parahnya situasi.
All Eyes on Rafah, Dunia Jadi Saksi Kekejian Zionis Israel
Kengerian, keputusasaan, penderitaan dan kehilangan yang dirasakan rakyat Palestina kiniikut dirasakan masyarakat dunia. Melalui media sosial, masyarakat dunia menyerukan keprihatinan atas tragedi yang menimpa rakyat Palestina di bawah pendudukan kejam zionis Israel.
Satu gambar yang menyerukan agar orang-orang memperhatikan genosida oleh Israel yang sedang berlangsung di Gaza baru-baru ini telah dibagikan lebih dari 29 juta kali di Instagram dalam waktu kurang dari 24 jam. Gambar itu menyoroti dorongan baru di media sosial oleh para pendukung Palestina setelah serangan udara Israel yang brutal dan mematikan.
Gambar tersebut menggambarkan tenda-tenda di kamp pengungsi yang disusun dengan tulisan “All Eyes on Rafah” yang artinya “Semua Mata Tertuju Rafah”.
Rafah adalah wilayah di selatan Gaza yang dipenuhi dengan tenda-tenda pengungsi di mana para pejabat setempat mengatakan sebanyak 45 warga sipil tewas setelah serangan Israel pada Minggu (26/5/2024). Gambar tersebut terutama dibagikan melalui fitur Stories Instagram, dengan influencer, atlet, dan selebritas, termasuk bintang “Bridgerton” Nicola Coughlan, penyanyi-penulis lagu Kehlani dan salah satu aktor top India, Varun Dhawan, mem-posting gambar tersebut.
Instagram telah muncul dalam beberapa bulan terakhir sebagai saluran penting bagi jurnalis Palestina dan pendukung warga Palestina meskipun ada upaya dari pemiliknya, Meta, untuk membatasi penyebaran konten politik. Meskipun gambar “All Eyes on Rafah” telah menyebar dengan cepat, video dari Rafah yang diposting para jurnalis Palestina telah dibatasi dan dalam beberapa kasus dihapus dari media sosial karena menggambarkan dampak yang jelas setelah serangan Israel.
BACA JUGA : Wanita Diserang 3 Serigala Saat Jogging di Kebun Binatang Perancis
Dua dari tiga unggahan Instagram yang menunjukkan mayat-mayat yang terbakar dan terluka parah setelah serangan baru-baru ini dihapus, dan satu unggahan memiliki filter konten sensitif untuk “konten vulgar atau kekerasan” yang ditempatkan di depannya.
Aktivisme pro-Palestina di media sosial telah meningkat di berbagai titik sejak Israel memulai serangannya di Gaza. Baru-baru ini, kampanye pemblokiran massal yang menargetkan selebriti yang tidak secara vokal mendukung warga Palestina mendapat perhatian.
Meta, perusahaan induk Instagram, telah membuka dewan kebijakan moderasinya untuk berdebat mengenai apakah retorika populer pro-Palestina seperti “dari sungai ke laut” merupakan pelanggaran kebijakan. Meta juga telah mengumumkan upaya membatasi penyebaran pidato politik di Instagram. Di Facebook Meta, gambar AI telah mendapatkan ratusan juta interaksi.
Terlepas dari itu, slot gacor dukungan untuk Palestina terus mengalir, termasuk dari deretan artis Indonesia yang ikut menyerukan “All Eyes on Rafah” di Instagram pribadi masing-masing. Para artis Indonesia ini tampak ramai membagikan sebuah template “All Eyes on Rafah” berwarna coklat dengan latar pegunungan.
Adapun deretan artis tersebut yang ikut serta menyerukan All Eyes on Rafah sebagai bentuk solidaritasnya pada Palestina di antaranya adalah Enzy Storia, Alyssa Daguise, Shireen Sungkar, hingga Al Ghazali. Jefri Nichol juga ikut menyuarakan All Eyes on Rafah. Bintang film My Sassy Girl ini bahkan mengunggah sederet momen pilu anak-anak di Rafah yang kehilangan orang tercinta akibat genosida yang dilakukan Israel.