Allgulfnews – Rusia mengirimkan militernya dan bermacam-macam senjata ke Niger, negara di Afrika Barat yang sedang tercabik perang bersaudara dan kudeta.
Vladimir Putin mengirimkan pasukan berpengalaman dengan tujuan untuk menjadi instruktur bagi tentara Niger. Demikian dilaporkan Radio Television du Niger (RTN) pada Kamis (11/4/2024) malam.
Selain ratusan instruktur militer, Moskow juga mengirim ratusan senjata, yang diklaim sebagai alat untuk membantu pelatihan kontra-terorisme tentara Niger.
Baca Juga : Israel Bunuh 3 Putra dan 3 Cucu Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Pasukan dan alat-alat perang tersebut diangkut dengan satu pesawat kargo militer yang tiba pada Rabu malam.
RTN menayangkan rekaman pembongkaran senjata yang dimuat dalam pesawat militer tersebut.
Seorang tentara Rusia berpenutup kepala yang mau diwawancarai media Afrika Barat tersebut mengatakan bahwa mereka akan melatih tentara Niger untuk mengembangkan kerja sama militer antara Rusia dan Niger.
Sementara pakar militer Rusia, kepada Sputnik mengatakan bahwa tentara yang dikirim merupakan serdadu senior dan sangat berpengalaman.
Mereka memiliki keahlian khusus memerangi terorisme, dan di Niger akan berbagi pengalaman.
“Korps Afrika di sini akan membangun hubungan dan bersama-sama membentuk serta melatih tentara Niger. Kami membawa serta basis pendidikan dan materi untuk pelatihan berbagai spesialis,” jelasnya.
RTN mengklaim dalam sebuah posting Facebook bahwa instruktur juga akan memasang sistem pertahanan udara di Niger.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin transisi Niger, Abdourahamane Tchiani telah berkomitmen bekerja sama di bidang militer.
Dikutip dari Russia Today, keduanya mengoordinasikan upaya memerangi terorisme di wilayah Sahel pada bulan lalu.
Tchiani dan Putin membahas hal itu saat pemimpin transisi tersebut menyatakan solidaritasnya kepada Presiden Rusia pasca aksi terorisme di Balai Kota Crocus.
Sejak tergulingnya Presiden pro-Barat Mohamed Bazoum tahun lalu, pemerintahan Niamey memutuskan hubungan dengan Prancis dengan alasan kegagalan mereka dalam meredam kekerasan jihadis di Sahel, yang menjadi tujuan keterlibatan mereka.
Baca Juga : Waswas Perang, Ini 9 Rudal Iran yang Mampu Hajar Israel
Paris menarik seluruh tentaranya dari Niger pada Desember 2024 setelah diusir oleh pemerintahan transisi Niger. Prancis dituding melakukan campur tangan internal.
Namun demikian masih ada pasukan Barat yang masih bercokol yaitu Amerika Serikat. Meski kerjasama Niamey dengan Washington telah putus, namun AS masih menempatkan 1.000 pasukannya di negara yang terkurung daratan tersebut.
Keberadaan Wagner
Meski Rusia mengklaim tidak mengirim pasukannya aktif secara langsung dalam pengamanan di Niger, namun bukan berarti tak ada kekuatan Rusia di situ.
Tentara bayaran asal Rusia, Wagner dipastikan ada di negara itu. Jumlahnya belum diketahui pasti, tapi diyakini mencapai ribuan orang.
Bahkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sempat menuding Wagner memanfaatkan kesempatan dalam krisis di negara miskin yang dipercaya kaya akan sumber daya mineral dan energi tersebut.
Baca Juga : Rudal dan Drone Rusia Hujani Kharkiv, 2 Peluncur Roket Ganda Ukraina Hancur, 8 Tewas
Geopolitical Monitor beberapa waktu lalu menuliskan, pasukan tentara bayaran tersebut telah dikerahkan sejak kudeta menjatuhkan Presiden Mohamed Bazoum di akhir Juli 2023.
Jenderal Abdourahamane Tchiani sebagai pemimpin sementara dikabarkan oleh media-media Barat telah memanggil Wagner melalui negara tetangganya, Mali.
Perlu diketahui Wagner telah beberapa tahun berada di Mali untuk kepentingan pengamanan negara.
Barat menuding Yevgeny Prigozhin saat masih hidup memanfaatkan sentimen anti-Prancis yang berkembang di negara tersebut untuk masuk ke Niger.