Allgulfnews – Pada Sabtu, 13 April 2024, dunia dikejutkan serangan Iran ke Israel. Serangan Iran ini merupakan balasan atas serangan Israel yang terjadi pada 1 April 2024, yang memusnahkan gedung konsular lima tingkat kedutaan Iran di Damaskus.
Serangan Israel itu membunuh tujuh petinggi Garda Revolusi Iran, dua diantaranya jenderal.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan lebih dari 300 drone kamikaze dan rudal dari wilayahnya menuju Israel. Sebagian berhasil dicegat Israel, sementara beberapa rudal jatuh di dalam wilayah Israel.
Serangan ini dilaporkan menimbulkan sejumlah kerusakan, termasuk pada satu pangkalan militer Israel.
BACA JUGA : Iran Setelah Gempur Israel: “Jika Dibalas, Serangan Kami Akan Lebih Besar”
Namun serangan Iran ini hanya dilakukan semalam. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah serangan ini menandakan permulaan perang sungguhan antara Iran dan Israel?
Ada beberapa faktor penting dalam perang itu yang harus diperhatikan. Pertama, serangan Iran ini merupakan balasan atas serangan Israel sebelumnya. Ini menunjukkan ada siklus balas dendam yang sedang berlangsung.
Kedua, serangan ini melibatkan penggunaan drone dan misil, menunjukkan peningkatan signifikan dalam intensitas konflik.
Meski demikian, ada beberapa indikasi bahwa ini mungkin bukan awal dari perang skala penuh.
1. Israel Rugi Rp22 Triliun dalam Semalam
Meskipun serangan ini melibatkan penggunaan drone dan misil, sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel. Ini menunjukkan Israel memiliki kemampuan melindungi diri dari serangan semacam ini.
Meski demikian, pencegatan rudal ini juga menguras uang Israel. Intersepsi Israel terhadap ratusan rudal dan drone Iran dalam semalam merugikan rezim kolonial Zionis hingga 5 miliar shekel (USD1,35 miliar atau Rp22 triliun).
Media Israel melaporkan kerugian itu pada Minggu (14/4/2024), dilansir Anadolu Agency.
Harian Yedioth Ahronoth mengutip Brigadir Jenderal Ram Aminach, mantan penasihat keuangan kepala staf Israel, mengatakan, “Biaya pertahanan tadi malam diperkirakan antara 4-5 miliar shekel (USD1,08-1,35 miliar).”
BACA JUGA : Rusia Tes Rudal Sangat Rahasia Berkemampuan Nuklir
“Saya hanya berbicara tentang intersepsi terhadap apa yang diluncurkan Iran dan kali ini bukan cedera yang kecil,” katanya.
“Satu rudal ‘Arrow’ yang digunakan untuk mencegat rudal balistik Iran berharga USD3,5 juta, sedangkan biaya satu rudal ‘Magic Wand’ adalah USD1 juta, di luar berbagai jenis pesawat yang berpartisipasi dalam mencegat drone Iran,” papar Aminach.
Sebelumnya pada Minggu, surat kabar Israel Haaretz mengutip juru bicara militer Israel Daniel Hagari yang mengatakan sekitar 350 rudal dan drone diluncurkan dari Iran ke Israel, sebagian besar berhasil dicegat.
Jika terjadi perang skala penuh, tentu kerugian yang dialami Israel akan lebih besar. Apalagi saat ini perekonomian rezim kolonial Zionis sudah terpukul akibat genosida yang dilakukannya di Jalur Gaza.
2. Iran Tak Ingin Perang Skala Penuh
Serangan ini terjadi dalam waktu yang singkat, hanya dalam satu hari. Ini bisa menunjukkan Iran mungkin tidak berniat untuk memulai perang skala penuh, tetapi lebih kepada menunjukkan kekuatannya dan memberikan balasan atas serangan Israel sebelumnya.
Iran mengungkapkan tak menginginkan perang skala penuh melawan Israel namun siap membalas jika Israel atau Amerika Serikat melancarkan serangan.
3. Kekuatan Militer Iran Tak Bisa Diremehkan
Musuh-musuh Iran tentu mempertimbangkan kekuatan militer Teheran yang tak bisa diremehkan. Berdasarkan laporan Global Firepower, kekuatan militer Iran lebih unggul dibandingkan dengan Israel.
Dari 145 negara, angkatan bersenjata Iran menempati peringkat ke-14 sebagai militer terkuat di dunia. Sementara Israel berada di peringkat ke-17, tiga peringkat setelah Iran.
Iran adalah kekuatan regional yang signifikan di Timur Tengah. Mereka memiliki pengaruh yang luas di luar perbatasannya dan telah mengalokasikan sumber daya yang besar untuk militernya.
Secara keseluruhan, kekuatan militer Iran memang tidak bisa diremehkan. Mereka memiliki personel yang banyak, persenjataan yang kuat, dan kemampuan produksi senjata sendiri.
4. AS Khawatir Pasukannya di Timur Tengah Jadi Target
Amerika Serikat (AS) memiliki kepentingan yang signifikan di Timur Tengah. AS juga menempatkan pasukan di berbagai negara di kawasan tersebut.
Dalam konteks meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, AS tentu saja memiliki kekhawatiran tentang keselamatan pasukannya.
BACA JUGA : Rusia Kirim Senjata dan Pasukan Berpengalaman ke Niger Juga Pasang Sistem Pertahanan Udara
Iran telah memperingatkan mereka akan menyerang pasukan AS di Timur Tengah jika AS terlibat dalam konfrontasi militer antara Iran dan Israel.
Ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi AS, mengingat mereka memiliki banyak pasukan yang ditempatkan di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, Iran memiliki sejumlah kelompok proksi di kawasan Timur Tengah, termasuk kelompok Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan berbagai kelompok pejuang di Irak serta Suriah.
Kelompok-kelompok ini telah terlibat dalam serangan terhadap Israel dan pasukan AS di masa lalu, dan ada kekhawatiran bahwa mereka bisa digunakan Iran untuk melancarkan serangan terhadap pasukan AS jika konflik antara Iran dan Israel eskalasi menjadi perang skala besar.
Namun, meskipun ada kekhawatiran ini, AS juga telah menunjukkan mereka siap merespons. Mereka sebelumnya telah menyetujui serangkaian serangan terhadap sasaran milik Iran di Suriah dan Irak.
Ini menunjukkan AS siap melindungi kepentingan dan pasukannya di kawasan tersebut.
5. Iran Bisa Blokade Selat Hormuz
Selat Hormuz, yang terletak di antara Teluk Oman dan Teluk Persia, adalah jalur pengiriman minyak yang sangat penting bagi dunia.
Sekitar 33.000 kapal dagang melewati selat ini setiap tahunnya. Iran telah beberapa kali mengancam akan memblokade Selat Hormuz sebagai respons terhadap tekanan negara-negara Barat pimpinan AS.
BACA JUGA : Israel Bunuh 3 Putra dan 3 Cucu Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Pada tanggal 13 April 2024, Iran menangkap dan menyita kapal kontainer yang terafiliasi dengan Israel dekat Selat Hormuz.
Ini merupakan insiden terbaru dalam rangkaian saling serang tak langsung antara kedua negara, Israel dan Iran.
Jika Iran memutuskan memblokade Selat Hormuz, dampaknya pada ekonomi global bisa sangat besar. Gangguan pasokan dan kenaikan harga minyak menjadi kekhawatiran utama.
Selat Hormuz merupakan jalur perdagangan vital untuk ekspor minyak. Jika rute ini tidak tersedia, kapal tanker harus mengitari ujung selatan Afrika, yang akan membuat jarak tempuh menjadi lebih panjang dan membutuhkan waktu tempuh lebih lama.
Dampak lain dari pemblokiran Selat Hormuz adalah peningkatan biaya perdagangan dan transportasi energi global.
Negara-negara yang sangat bergantung pada impor minyak, akan merasakan dampak langsung dari kenaikan harga minyak.
Selain itu, konflik juga bisa mempengaruhi nilai tukar mata uang di berbagai negara karena investor akan mencari aset yang lebih aman, yang dapat menyebabkan penurunan nilai mata uang lokal.
Secara keseluruhan, pemblokiran Selat Hormuz oleh Iran dapat memiliki dampak yang sangat besar pada ekonomi global dan stabilitas geopolitik. Oleh karena itu, solusi diplomatik dan penyelesaian konflik yang damai menjadi sangat penting untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Situasi ini sangat kompleks dan penuh dengan ketidakpastian. Namun, yang jelas adalah AS, seperti banyak negara lain di dunia, sangat berharap agar konflik antara Iran dan Israel tidak eskalasi menjadi perang skala besar.
Perang skala penuh akan memiliki konsekuensi yang sangat serius, tidak hanya bagi Iran dan Israel, tetapi juga bagi seluruh kawasan Timur Tengah dan dunia.
Namun, situasi ini tetap mengkhawatirkan. Serangan ini telah memicu kekhawatiran tentang konflik yang lebih luas.
Negara-negara Barat sejak awal telah membela Israel dan mengutuk Iran. Ini bisa memicu eskalasi konflik dan menyeret negara-negara lain ke dalamnya.
Dalam konteks ini, sangat penting bagi komunitas internasional untuk berperan aktif dalam menenangkan situasi dan mencegah eskalasi lebih lanjut.
Diplomasi dan dialog harus menjadi prioritas utama untuk mencegah perang dan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Secara keseluruhan, meskipun serangan Iran ke Israel menunjukkan peningkatan ketegangan, belum tentu ini menandakan awal dari perang skala penuh. Perlu penanganan yang hati-hati dan bijaksana dari komunitas internasional.